Selasa, 26 Mei 2015
Mengapa Hanya Istri yang Wajib Merias Diri ?
Bukan hanya satu melainkan pasti banyak suami yang berkeluh kesah tentang istrinya. Bisa jadi saya termasuk juga didalamnya. Dan hal yang dikeluhkan sebenarnya hanyalah berkisar tentang penampilan dan tata rias dari istri.
Memang harus disadari, terkadang dikarenkan aktifitas yang dilakukan oleh seorang istri dalam kesehariannya, istri kurang dan terkadang lupa dalam perawatan dan penataan dirinya sendiri, padahal itu merupakan tugas religi baginya.
Berdasarkan versi sang suami, istrinya malas. Tidak pernah berdandan. Penampilannya tidak indah, terlebih lagi jika anak-anak tidak terurus. Padahal istri tidak bekerja. Hanya seorang ibu rumah tangga. Karenanya, setiap kali pulang dari kantor, sang suami menyaksikan istrinya sebagai sosok yang mengerikan, jangankan dilihat, dilirik saja ogah.
Bayangkan terlebih lagi jika istri bekerja dan merupakan wanita karir,..
Disisi lain dalam tugas kesehariannya, istri juga mempunyai cita-cita yaitu bekerja, meniti karir dan sebagainya. Tidak dipungkiri ketika akan berangkat bekerja istri pasti berdandan dan merias diri, akan tetapi ketika pulang istri juga masih bekerja yaitu mengurus pekerjaan rumah dan keluarga yang pastinya lebih melelahkan dari pekerjaannya di luar rumah. Hal itu kerap menjadi faktor dimana istri tidak sempat merias diri.
mari sejenak berhenti untuk mengevaluasi hubungan asmara antara suami dan istri, berapapun usia pernikahan yang telah dijalani,...
Umumnya, seorang suami selalu menginginkan sesuatu dari istrinya sehingga membuat istri menjadi pihak yang merasa selalu dituntut. Suami merasa telah melakukan yang terbaik agar tuntutannya tercapai, tapi sang istri mersa dituntut terus tanpa diberikan fasilitas, motivasi dan bantuan yang berarti.
Jika begini, yang didapatkan dalam berumah tangga adalah ketidakpuasan, jenuh, marah, ribut yang berujung pertengkaran yang berkepanjangan, dan naudzubilah berujung perceraian yang sangat memuakkan. lalu, siapa yang sebenarnya salah??
Intropeksi !
Entah suami ataupun istri, wajib melakukan Intropkesi yang sangat mendalam terhadap dirinya sendiri terkait hal yang nampak remeh tetapi berat ini.
Mari sejenak menatap diri masing-masing, turunkan ego dan gengsi, naikkan kepedulian dan insting cinta serta kasih yang dulu menjadi bibit dimana akhirnya pria dan wanita bisa hidup berdampingan menjadi suami istri.
Dibicarakan, dicurhatkan, dipikir, diselesaikan dengan jalan keluar yang indah bagi keduanya,..
Jika kita suami, cobalah melihat kepada diri sendiri, bercermin dan bertanya kepada hati kita.
Apakah kita sudah mempraktikan apa yang telah kita tuntutkan kepada istri?
Apakah kita telah memberi contoh dengan baik seperti apa yang telah kita tuntutkan kepada istri?
Apakah kita telah mengajarkan dan membimbing diri sendiri dan istri kita tentunya agar menjadi sperti apa yang telah kita tuntutkan selama ini?
Apakah kita telah berusaha membantu istri agar bisa menjadikan dirinya sepertia yang telah kita tuntutkan selama ini?
Sudahkah kita para suami merapikan diri dan memperbagus diri kita untuk istri tersayang??
Apakah saat kita meminta istri mempesona dalam balutan kain keindahan dengan aroma semerbak dan lembutnya sentuhan bahasa tubuh dan lisannya, sudahkah diri kita melakukan semua itu untuk istri kita terlebih dahulu?
Kita Imam, Pemimpin, selain menuntut, wajib mengayomi, membimbing, dan memberi contoh yang baik.
Suami harus bisa menjawab semua pertanyaan yang telah kita lontarkan itu dengan baik dan benar. Kita para suami juga harus sekuat tenaga bersungguh sungguh untuk menjawab, mematangkan diri dan melakukannya demi keindahan harmonisnya berumah tangga. Perlu diketahui, istri taat kepada suami, apapun bentuk suami, istri taat kepadanya. Maka, istri merupakan cerminan dari suaminya.
Sesuatu yang bisa dilakukan untuk menuju itu sperti rajin membersihkan diri dengan mandi, menggosok gigi dengan rutin, pakaian yang layak bagus, rapi dan keren sesuai yang difavoritkan istri, rambut tersisir rapi, dengan dibalut senyum yang selalu tersungging ikhlas dan bagus serta diiringi dengan nada kalimat yang teduh, sabar, dan berwibawa. Percayalah bahwa istripun akan dengan suka rela memantulkan bagaikan cermin, pesona yang kita sajikan.
Tidak berhenti disitu saja, dalam hal pekerjaan rumah. Apa layak seorang suami hanya bekerja mencari nafkah dan berhias diri tanpa turut andil dalam pekerjaan rumah tangga?
Apakah kita selama ini bisa meringankan aktivitas rumah tangga istri?
Apakah kita sudah mencuci sembari menuggu istri kita memasak atau sebaliknya?
Apakah kita sudah mengurus anak-anak ketika istri kita sedang menjemur pakaian?
Tak sadarkah bahwa banyak waktu yang dihabiskan istri kita untuk mengurus rumah ?!
Padahal, konsentrasi pekerjaan dirumah lebih membutuhkan daya yang lebih besar dari pekerjaan di luar rumah.
100 % untuk pekerjaan di luar rumah.
100 % pula dalam urusan berumah tangga.
Setelah itu dilakukan dengan ikhlas dan kerjasama yang baik,..
Maka,
Saksikanlah perubahan kehidupan berumah tangga anda,..
Pandanglah keanggunan istri anda tersayang dalam balutan kerudung dan pakaian syar'i menutup lekuk indah tubuhnya yang menambah inner nya, riasan tipis warna dari wajahnya yang penuh cinta menambah ayu parasnya, aroma wangi yang merasuk ke dalam hidung menusuk ke pikiran degnan penuh gairah, sentuhan lentik dari jemarinya di bahu dan dagu anda, sandaran badan yang hangat di bahu anda, serta kalimat dengan nada yang lembut dan halus penuh hormat santun yang mengurai indah dari lisan yang biasa menyebut nama-Nya.
" Abi, makanan sudah siap, ranjang juga sudah ready, mau makan dulu apa mau langsung 'tidur' ?"
we make our own qualilty time.
it's most important than all.
BIY
siatyana.blogspot.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
important.... ;)
BalasHapusterimakasih sudah berkunjung,..
Hapussemoga bermanfaat